Pakaian Adat Aceh : Gambar, Keunikan dan Penjelasannya secara lengkap
Indonesia merupakan negara yang dikenal sebagai negara yang 
kaya akan budaya. Pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke 
membuat Indonesia tidak hanya memiliki beribu-ribu pulau melainkan juga 
memiliki keberagaman bahasa, budaya dan adat istiadat. Tidak heran jika 
banyak turis atau para wisatawan yang penasaran dan tidak ragu untuk 
mempelajari kebudayaan Indonesia.
Salah satu daerah yang sarat akan budaya adalah Aceh. Nangro
 Aceh Darussalam (NAD) merupakan salah satu provinsi yang terkenal 
dengan julukan Serambi Mekah dan terletak di ujung barat pulau Sumatera.

Aceh
 memiliki kebudayaan yang dipengaruhi oleh kebudayaan Islam. Kala itu 
Aceh merupakan salah satu jalur perdagangan yang sering dilwati oleh 
orang-orang Timur Tengah. Maka tidak heran jika kebudayaan Aceh lebih 
condong ke kebudayaan Islam yang dibawa oleh jazirah Arab. Selain 
Serambi Mekah, Aceh juga dikenal sebagai Tanah Rencong. Aceh merupakan 
tempat kelahiran salah satu pahlawan wanita Indonesia, Cut Nyak Dien dan
 juga pahlawan Cik Ditiro.
Kebiasaan masyarakat Aceh memang tidka pernah lepas dari 
syariat Islam, mulai dari aturan hingga tarian tradisional. Salah satu 
kebudayaan Aceh yang bernafaskan Islami adalah gaya berpakaian. 
Masyarakat Aceh seperti yang diketahui memiliki pakaian adat yang 
merupakan bentuk dari akulturasi kebudayaan Islam dan budaya melayu, 
baik itu pakaian untuk wanita atau pun pria.
Tidak hanya pakaian adat,
 pakaian keseharian masyarakat Aceh juga tidak jauh-jauh dari syariat 
Islam. Tidak heran jika Aceh dijuluki sebagai Serambi Mekah. Pakaian 
adat yang biasa digunakan oleh masyarakat Aceh dikenal dengan sebutan 
Linto Baro yaitu pakaian yang diperuntukkan untuk pria dan Daro Baro 
sebutan untuk pakaian wanita. Penggunaan pakaian adat biasanya dipakai 
saat upacara-upacara tertentu, misalnya upacara pernikahan. pakaian adat Aceh
 memiliki keunikan tersendiri dengan pernak pernik yang berbeda dengan 
pakaian adat daerah lainnya. Nah, berikut adalah penjelasan mengenai baju adat Aceh untuk laki-laki dan wanita.
Nama Pakaian Adat Pengantin Aceh
Pakaian Adat Pengantin Aceh untuk Laki-laki

Pakaian
 adat nanggroe aceh darussalam yang digunakan oleh laki-lakai disebut 
dengan Linto Baro. Pakaian adat Linto Baro diperkirakan telah ada di 
Aceh sejak zaman kerajaan Perlak dan Samudera Pasai yang merupakan 
kerajaan Islam pertama di Indonesia.
Pada awalnya, Linto Baro sebagai pakaian adat yang digunakan oleh 
pria dewasa saat menghadirir upacara adat atau upacara pemerintahan. 
Pakaian adat Linto Baro terdiri dari Meukasah yang merupakan baju 
atasan, Siluweu merupakan celana panjang, Ijo Korong yang merupakan kain
 sarung, Rencong yaitu senjata khas yang merupakan senjata tradisional 
Aceh, dan Meukeutop yaitu penutup kepala.
- Meukasah
 
Meukasah merupakan baju tenun yang terbuat dari kain sutra. Biasanya,
 baju meukasah memiliki warna dasar hitam. Pemilihan warna dasar hitam 
ini bukan tanpa alasan. Menurut kepercayaan masyarakat Aceh, warna hitam
 merupakan lambang dari kebesaran.
Baju Meukasah dipercaya sebagai lambang kebesaran masyarakat Aceh. 
Dalam baju meukasah dapat pula ditemukan sulaman emas yang hampir sama 
dengan baju khas masyarakat China. Sulaman emas ini biasanya terdapat di
 kerah meukasah. Hal ini disebut-sebut karena terjadinya akulturasi 
budaya melayu dengan budaya China yang dibawa oleh para pedagang dan 
pelaut yang melewati Aceh kala itu.
- Sileuweu
 
Sileuweu merupakan bawahan yang digunakan untuk menutupi bagian bawah
 tubuh untuk laki-laki berupa celana panjang. Warna celana sileuweu ini 
juga berwarna gelap, senada dengan atasan baju meukasah. Celana siluweu 
ini terbuat dari kain katun yang merupakan ciri khas pakaian adat 
Melayu.
Celana panjang ini, selain sileuweu juga memiliki nama sebutan lain 
yaitu Celana Cekak Musang. Aksesoris lain yang ditambahkan adalah sarung
 yang disebut dengan ija lamgugap, ija krong, atau ija sangket. Kain ini
 merupakan kain songket yang terbuat dari sutra. Cara penggunaan sarung 
ini adalah dengan cara mengaikatkannya ke pinggang dengan panjang 
selutut atau kira-kira 10 cm di atas lutut.
- Meukeutop atau Tutup Kepala
 
Tutup kepala atau yang biasa disebut kopyah menambah kuatnya pengaruh
 budaya Islam di tanah Aceh. Kopiah yang biasa disebut dengan meukeutop 
ini merupakan penutup kepala yang berbentuk kopiah lonjong ke atas. 
Selain itu, meukeutop ini dilengkapi dengan lilitan tangkulok yang 
merupakan lilitan yang terbuat dari tenan kain sutra dengan hiasan 
bintang berbentuk persegi 8 yang terbuat dari emas atau kuningan.
- Rencong
 
Setiap daerah atau adat yang lain tentunya memiliki senjata 
tradisional yang menjadi senjata khas daerah mereka. Tidak terkecuali di
 Aceh. Tentunya tidak lengkap jika pakaian adat tidak disandingkan 
dengan senjata tradisional khas daerah. Rencong merupakan senjata khas 
Aceh yang diselipkan di bagian pinggang pria dengan memperlihatkan 
bagian gagang senjata.
Pakaian Adat Pegantin Aceh untuk Wanita

Daro
 Baro merupakan sebutan untuk pakaian pengantin wanita di Aceh. Jika 
pakaian pengantin laki-laki cenderung berwarna gelap, maka berbeda 
dengan pakaian adat untuk penganti wanita yang cenderung memiliki warna 
yang lebih cerah.
Tetap menampilkan kesan Islami, pilihan warna yang biasanya digunakan
 untuk pakaian pengantin perempuan adalah merah, kuning, ungu ataupun 
hijau. Baju adat Aceh untuk pengantin perempuan terdiri dari baju 
kurung, celana cekak musang, penutup kepala dan juga perhiasan lainnya.
- Baju Kurung
 
Tetap memegang teguh kebudayaan yang Islami, baju adat Aceh untuk 
perempuan bagian atas adalah baju kurung. Baju kurung yang digunakan pun
 tentunya yang berlengan panjang. Selain itu, baju kurung yang digunakan
 cenderung longgar agar menutupi seluruh tubuh wanita dan tidak 
memperlihatkan lekuk tubuh dan aurat. Baju kurung khas Aceh ini sekilas 
merupakan bentuk akulturasi dari budaya Arab, Melayu dan Tionghoa. Hal 
ini dapat dilihat dari motif kerah baju kurung yang sama dengan motif 
baju China.
- Celana Cekak Musang
 
Celana cekak musang memang dapat digunakan oleh pria maupun wanita. 
Penggunaannya pun tidak beda jauh dengan cara penggunaan celana  cekak 
musang pada laki-laki. Celana cekak musang dilengkapi dengan sarung 
dengan panjang selutut. Biasanya, celana cekak musang sering digunakan 
saat penampilan tari saman yang merupakan tarian khas Aceh.
- Penutup Kepala
 
Sebagai hasil akulturasi budaya Arab dan Melayu, maka tidak 
heran jika pengantin wanita dituntut untuk sebisa mungkin untuk menutupi
 seluruh anggota tubuhnya dari ujung kepala hingga kaki. Pengantin 
perempuan Aceh biasanya menutup kepalanya dengan menggunakan kerudung 
yang dihiasi dengan patham dhoi. Patham dhoi merupakan hiasan yang 
terbuat dari bunga-bunga sungguhan yang masih segar.
- Perhiasan
 
Selain bermahkota kerudung yang dihiasi bunga-bunga segar, 
bagian tubuh lain pengantin wanita juga dihiasi dengan berbaga macam 
perhiasan. Mulai dari patham dhoe perhiasan yang diletakkan pada dahi 
yang berbentuk mahkota yang terbuat dari emas 24 karat ditambah dengan 5
 butir serkonia putih, beratnya mencapai 160 gram hingga gleueng goki 
yaitu gelang kaki yang terbuat dari tembaga yang berlapiskan perak.
Mungkin Yang Kamu Cari:


Belum ada Komentar untuk "Pakaian Adat Aceh : Gambar, Keunikan dan Penjelasannya secara lengkap "