Rumah Adat Bali: Sejarah, Ciri Khas dan Penjelasannya Lengkap
RUMAH ADAT BALI – Indonesia 
merupakan sebuah negara yang memiliki kebudayaan yang melimpah. Dari 
Sabang hingga Merauke, Indonesia memiliki lebih dari seribu pulau yang 
juga memiliki keunikan tersendiri. Ya, penduduk di setiap pulau umumnya 
merupakan ras atau suku yang memiliki adat istiadat dan kebudayaan 
tersendiri. Hal inilah yang membuat negara kita disebut sebagai surga 
dunia karena punya ribuan adat istiadat, norma-norma, dan juga nilai 
budaya yang berbeda-beda di setiap wilayahnya.
Bali merupakan salah satu contoh bagaimana sebuah pulau 
disesaki dengan sebuah nilai budaya yang melimpah. Selain tradisi dan 
agama yang berbeda dari mayoritas penduduk indonesia, Bali juga memiliki
 rumah adat Bali dengan bentuk yang khas dan berbeda dari wilayah lain.
Daerah
 yang dikenal dengan sebutan Pulau Dewata ini memang punya bentuk rumah 
yang tidak biasa. Bahkan jika dibandingkan dengan rumah adat daerah 
lain, rumah adat Bali memiliki desain dan arsitektur yang cenderung 
mewah meski masih menjunjung tinggi nilai-nilai tradisional. Jika 
dikomparasikan dengan bangunan peninggalan kerajaan, rumah adat penduduk
 pulau Bali terlihat seperti candi yang memiliki bagian-bagian 
tersendiri. Dalam artikel kali ini, kita akan mengenal lebih dekat 
dengan rumah tradisional pulau Bali yang masih bertahan dan terus 
dilestarikan hingga sekarang. Apa saja nilai-nilai yang dianut, bagian 
setiap rumah adat, dan lambang dari setiap struktur bangunan rumah adat 
tradisional Bali?
Gambar & Nama Rumah Adat Bali
Tentu tidak sembarangan dalam membangun sebuah rumah adat Bali. 
Biasanya, mereka akan menggunakan jasa arsitektur khusus yang disebut 
dengan Udagi. Mereka adalah seniman yang memang khusus membangun rumah 
adat tradisional bali yang akan berpedoman pada Asta Kosala Kosali, yang
 merupakan nilai yang masih dianut dan terus dijunjung tinggi. Berikut 
detail tentang jenis bangunan rumah adat Bali.
Angkul-Angkul
Yang pertama adalah Rumah Adat Bali Angkul-Angkul. Di bagian luar, 
Ugadi akan membangun sebuah angkul-angkul atau yang biasa kita kenal 
dengan Gapura. Jika diperhatikan, setiap rumah adat biasanya memiliki 
pintu utama berupa gapura dengan atap artistik dan model tradisional 
seperti candi di sebelah kanan dan kiri.

Atap
 yang menghubungkan kedua sisi pun terlihat unik dan dipenuhi dengan 
ukiran artistik. Di era modern seperti ini, atap biasanya terbuat dari 
genteng yang disusun sedemikian rupa. Namun masih ada juga Angkul-Angkul
 tradisional dengan atap yang terbuat dari rumput kering.
Aling-Aling
Kedua adalah rumah adat bali Aling-Aling. Masuk ke bagian 
halaman rumah adat Bali, ada sebuah bangunan kecil yang diberi nama 
dengan Aling-Aling. Ini merupakan sebuah bangunan kecil seperti pos 
ronda kecil yang biasanya terletak di pekarangan depan.

Ini
 merupakan tempat bagi pemilik rumah untuk melakukan aktivitas ruangan 
seperti mengukir patung, mempersiapkan alat upacara tradisional, ataupun
 sekedar untuk beristirahat dan menerima tamu. Biasanya Aling-Aling akan
 dikelilingi oleh tembok pembatas yang bernama penyeker, yang merupakan 
simbol untuk membatasi aura negatif dan positif.
Pamerajan atau Pura Keluarga
Sebagaimana yang sudah diketahui bahwa mayoritas penduduk 
pulau Bali adalah pemeluk Hindu, mereka pun memiliki Pamerajan atau yang
 biasa digunakan sebagai pura untuk beribadah di rumah (keluarga).

Bangungan
 ini biasanya terletak di pojok rumah dan di sebelah timur laut. Ini 
merupakan bangunan yang suci dan disakralkan karena penghuni rumah kerap
 melakukan upacara sembahyang atau doa harian di bangunan ini.
Bale Meten atau Bale Daja
Bale Menten adalah sebuah ruangan yang digunakan untuk tidur kepala 
keluarga. Biasanya Bale Menten juga digunakan sebagai tempat tidur oleh 
anak gadis yang belum bersuami.

Bangunan
 ini tidak terlalu besar, juga tidak terlalu kecil mengingat fungsinya 
sebagai tempat tidur. Masyarakat Bali juga memilih arah utara untuk 
membangun Bale Manten atau yang biasa dikenal dengan sebutan lain, Bale 
Deja.
Bale Dauh atau Bale Tiang Sanga
Ada dua sebutan yang sering digunakan oleh masyarakat Bali untuk 
menyebut bangunan ini, Bale Dauh atau Bale Tiang Sanga. Nama kedua 
digunakan karena bangunan ini memiliki 9 (sanga) tiang. Ini merupakan 
sebuah bangunan yang diperuntukkan untuk menerima tamu.

Bangunan
 ini biasanya dibangun di sebelah Barat dengan bentuk persegi panjang. 
Masyarakat Bali menghias bangunan ini dengan kayu yang diukir sedemikian
 rupa. Tak jarang mereka melengkapinya dengan beberapa patung di sudut 
ruangan.
Bale Sekapat
Jika di era modern seperti ini, kita bisa menggambarkan Bale Sekapat 
sebagai sebuah gazebo mini. Bentuknya memang sederhana, hanya terdiri 
dari empat tiang yang menyangga atap yang dibalut oleh genteng ataupun 
jerami.

Variasi
 lain biasanya Udagi akan membuat atap dengan bentuk pelana atau 
limasan. Bale Sekapat kerap digunakan untuk bersantai di siang hari atau
 sekedar berkumpul para anggota keluarga.
Bale Gede
Sesuai dengan namanya, ini merupakan sebuah bangunan dengan ukuran 
yang besar (gede). Jika dibandingkan dengan bangunan lain, bisa dibilang
 bahwa Bale Gede merupakan bangunan yang mewah.

Bangunan
 ini diperuntukkan untuk melakukan upacara adat yang perlu mengundang 
banyak orang. Para tamu biasanya akan berkumpul di Bale Gede dan 
melakukan upacara adat dengan membakar berbagai jenis sesaji.
Paweregen
Bangunan ini diperuntukkan sebagai dapur guna mengolah makanan dan 
menyimpan bahan makanan. Pawaregen merupakan sebuah bangunan yang selalu
 ada pada setiap rumah adat Bali.

Peweregen
 biasanya dibagi menjadi 2 bagian. Pertama adalah tempat terbuka guna 
memasak makanan menggunakan tungku dan kayu bakar. Bagian kedua adalah 
ruangan untuk menyimpan bahan makanan dan alat-alat dapur.
Jineng
Bangunan terakhir yang biasanya ada di halaman sebuah rumah adalah 
Jineng. Masyarakat Bali juga mengenal bangunan ini dengan sebutan 
Klumpu, yakni sebuah tempat untuk menyimpan gabah dan padi.

Ukuran
 Jineng biasanya sama dengan Bale Sekapat, tidak terlalu besar namun 
juga tidak terlalu kecil. Masyarakat tradisional Bali biasanya menyimpan
 gabah yang belum kering di bagian kolong sedangkan padi kering di 
bagian atas.
Betuk dan Struktur Bangunan Rumah Adat Bali
Masyarakat Bali dikenal sebagai penduduk yang masih menjunjung tinggi
 kasta dalam kehidupan sosial. Namun sayang, di era modern seperti ini, 
strata dan status sosial tidak lagi berguna. Material bangunan yang 
digunakan juga merupakan sebuah cerminan dari pemilik rumah adat Bali.

Para
 bangsawan biasanya akan membangun rumah dengan bahan dari tumpukan 
bata. Mereka memiliki ukuran dan kualitas kayu yang terbaik. Sedangkan 
untuk bagian atap, mereka menggunakan genteng yang terbuat dari tanah 
liat. Sedangkan untuk masyarakat biasa, bahan bangunan lebih sederhana. 
Untuk bagian tembok, mereka menggunakan speci yang terbuat dari tanah 
liat. Sedangkan untuk bagian atap biasanya menggunakan ijuk atau daun 
lontar yang sudah dikeringkan.
Namun bangunan rumah khas Bali saat ini sudah hampir sama, yakni 
terbuat dari campuran semen dan batu bata. Meski demikian, di beberapa 
wilayah yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai tradisional, biasanya 
mereka masih menggunakan desain dan bahan bangunan sederhana untuk rumah
 adat Bali.
Paling Sering Dicari:
- rumah adat bali
 - nama rumah adat bali
 - apa nama rumah adat dari bali
 - rumah a
 - rumab adat bali
 - penjelasan rumah adat bali
 - nama rumah khas bali
 - nama rumah adat yg ada dbali
 - desain jineng bali
 - Rumah adat privinsi bali
 


Belum ada Komentar untuk "Rumah Adat Bali: Sejarah, Ciri Khas dan Penjelasannya Lengkap "