√ Cerita Rakyat | Si Tanduk Panjang (Sumatera Utara)
Di sebuah desa hiduplah keluarga miskin yang bahagia,
keluarga itu memiliki seorang anak perempuan yang cantik. Si ibu sedang
mengandung anak mereka yang kedua. Sang ayah mengharapkan agar anak
kedua mereka adalah anak laki-laki sehingga mereka bisa memiliki anak
sepasang. Setelah sembilan bulan mengandung si ibu akhirnya melahirkan
bayi kedua mereka. Malam itu mereka merasa bahagia sebab anak lelaki
yang telah mereka nantikan akhirnya lahir juga.
Namun alangkah terkejutnya sang ayah ketika mengetahui bahwa
bayi lelaki mereka ternyata memiliki tanduk di kepala. Sang ayah
kemudian memberi tahu keadaan bayi tersebut kepada si ibu. Mendengar hal
ini sang ibu merasa sedih dan menangis. Mereka takut merasa malu kepada
seluruh penduduk dan akhirnya memutuskan untuk menghanyutkan bayi
tersebut ke sungai. Bayi laki-laki itu kemudian dimasukkan ke dalam peti
dan di bekali secangkir beras dan sebutir telur. Peti itu lalu di
hanyutkan ke sungai. Melihat adik laki-lakinya dihanyutkan ke sungai
menyebabkan anak perempuan mereka sedih lalu diam-diam dia mengikuti
ayahnya ke sungai. Kakak perempuan itu lalu mengikuti adiknya dari tepi
sungai. Sang kakak selalu menghibur adiknya yang berada di dalam peti
ketika mendengar sang adik menangis, kakak perempuannya selalu menghibur
dan menyuruh si adik untuk memakan sebutir beras yang ada di dalam
cangkir tersebut agar si adik menjadi kenyang.
Baca Juga:
√ Lengkap Alat Musik Tradisional Kepulauan Riau Beserta Gambarnya
Begitulah seterusnya hingga berbulan-bulan, sang kakak
selalu setia menemani adiknya dari pinggir sungai dan menghibur setiap
kali adiknya menangis. Suatu hari sang kakak mendengar suara ciak ayam
dari dalam peti, sang kakak gembira dan mengira pastilah telur ayam
tersebut sudah menetas. Setelah sekian lama akhirnya peti itu terhanyut
ke tepian sungai. Sang kakak merasa gembira lalu mengambil peti
tersebut. Ketika peti itu di buka, alangkah terkejutnya sang kakak
karena ada seorang anak laki-laki yang gagah dan tampan melompat dari
dalam peti. Anak laki-laki itu tidak lagi memiliki tanduk di kepalanya.
Kemudian sang kakak langsung memeluk adiknya dengan penuh rasa suka
cita. Si adik juga merasa gembira dan berterima kasih kepada sang kakak
karena sudah menjaganya dari tepian sungai selama ini.
Kakak dan adik itu kemudian berjalan dari satu kampung ke
kampung yang lain. Mereka hidup mengembara hingga akhirnya sampai ke
kampung halaman mereka sendiri. Sang kakak masih ingat tentang kampung
halaman mereka dan mengatakan kepada warga kampung bahwa mereka berasal
dari kampung tersebut. Mendengar hal ini warga kampung teringat kepada
kedua kakak beradik yang pergi bertahun yang lalu. Cerita tentang
kedatangan kedua kakak adik itu terdengar sampai ke telinga kedua orang
tua mereka. Setelah kedua orang tua miskin itu bertemu dengan anaknya
mereka merasa sangat menyesal karena pernah membuang si Tanduk Panjang.
Mulanya sang kakak enggan memaafkan orang tua mereka, dia masih
menyimpan marah akibat perbuatan kedua orang mereka. Namun sang adik
membujuk kakaknya agar mau memaafkan kedua orang mereka dan tetap
berlaku baik. Sang kakak akhirnya mau memaafkan ayah dan ibu mereka dan
memutuskan untuk pulang ke rumah dan hidup bahagia.
Baca Juga:
√ Lengkap Alat Musik Tradisional Dari Sumatera Utara Beserta Gambarnya
Pesan Moral
Cerita ini mengajarkan pada kita agar tetap menghormati
kedua orang tua kita dan sebagai orang tua hendaknya tidak perlu merasa
malu dengan keadaan anak walaupun anak tersebut memiliki kekurangan di
waktu lahirnya.
Belum ada Komentar untuk "√ Cerita Rakyat | Si Tanduk Panjang (Sumatera Utara)"