√ Dongeng Anak "Negeri Kehidupan" | Budaya Nusantara

Dongeng Negeri Kehidupan

dongeng negeri kehidupan

Pippi  kurcaci tinggal di negeri kehidupan. Disana, matahari bersinar cerah dan hutan menyediakan banyak buah dan biji-bijian. Namun, Pippi kurcaci tidak bahagia tinggal disana.
Seperti hari-hari sebelumnya, hari ini Pippi kurcaci bangun saat matahari telah tinggi. Sinar matahari yang panas menyinari wajah Pippi kurcaci. Itu membuatnya terkejut.

"Oh!" gumam Pippi kurcaci. Ia harus segera pergi ke hutan mencari buah-buahan dan biji-bijian jika tidak ingin kelaparan.
Pippi kurcaci berjalan munuju hutan dengan malas. Matahari yang bersinar terik membuatnnya kepanasan. Selain itu, Pippi kurcaci belum mengisi perutnya dengan apapun kecuali segelas air putih. Ia tidak memiliki sedikit pun makanan.

Saat Pippi kurcaci berjalan menuju hutan, ia berpapasan dengan beberapa kurcaci lain. Masing-masing membawa sekeranjang penuh buah-buahan segar dan biji-bijian di punggung.

"Hai, Pippi!" sapa Terre kurcaci. "Mau kemana?"
Pippi kurcaci menggerutu. Teman-temannya tahu kemana ia hendak pergi. Kenapa harus bertanya? Teman-teman Pippi kurcaci tertawa melihat wajah Pippi kurcaci cemberut.
"Apa yang akan kau dapat di hutan sesiang ini?" senyum Pobi kurcaci.
Lagi-lagi, Pippi kurcaci menggerutu. Tentu saja teman-temannya tahu tentang buah-buahan dan biji-bijian yang akan ia dapatkan. Kenapa hal itu harus ditanyakan?
Pippi tidak menjawab. Ia terus melangkah memasuki hutan diiringi tawa teman-temannya.
Sepanjang siang hingga sore, Pippi kurcaci berada di hutan. Ia hanya mendapatkan buah-buahan yang telah busuk dan sedikit biji-bijian.

"Huh!" gerutu Pippi kurcaci. "Hutan tidak pernah berbaik hati padaku. Aku selalu saja mendapatkan buah-buahan yang telah busuk dan sedikit biji-bijian."
Hari telah sore ketika Pippi kurcaci keluar hutan. Tiba di rumah, Pippi kurcaci mencuci baju-bajunya. Tetapi matahari telah terbenam sehingga cucian baju Pippi kurcaci tidak kering.
"Huh!" Matahari tidak pernah berbaik hati padaku. Setiap kali aku mencuci baju, matahari tidak lagi bersinar sehingga bajuku tidak kering," gerutu Pippi kurcaci.

Keesokan harinya, Pippi kurcaci pergi ke istana menghadap Ratu kurcaci. "Aku ingin Ratu menghukum hutan karena hanya memberiku buah-buahan yang telkah busuk dan sedikit biji-bijian. Juga, menghukum matahari karena telah membuat cucian bajuku tidak cepat kering," mohon Pippi kurcaci pada Ratu kurcaci.

Beberapa saat Ratu kurcaci berpikir, lalu ujarnya," benarkah hutan dan matahari tidak adil?"
"Ya!" jawab Pippi kurcaci. "Hutan hanya memberi buah-buahan segar dan biji-bijian pada teman-temanku. Matahari juga hanya mengeringkan baju mereka!"
Ratu kurcaci meminta pengawal kerajaan untuk menghadirkan teman-teman Pippi kurcaci ke istana. Ratu kurcaci bertanya kepada teman-teman Pippi kurcaci, "apa yang telah hutan berikan pada kalian selama ini?"

Teman-teman Pippi kurcaci yang hadir di istana menjawab serempak, "hutan telah memberi kamu buah-buahan yang segar dan banyak biji-bijian."
"Dan apa yang telah matahari berikan pada kalian selama ini?"
Teman-teman Pippi kurcaci menjawab serentak,"matahari telah memberi kami sinar yang terang sehingga cucian baju kami cepat kering."
"Betul yang aku katakan, bukan?" gerutu Pippi kurcaci.

Akan tetapi, Pippi kurcaci terkejut melihat Ratu kurcaci menggelengkan kepala. "Coba tanyakan dulu pada teman-temanmu. Kapan biasanya mereka bangun!"
"Kami bangun saat matahari belum terbit,"jawab teman-teman Pippi kurcaci.

"Coba tanyakan kembali pada teman-temanmu, kapan biasanya mereka pergi ke hutan mencari biji-bijian dan buah-buahan!" kata Ratu kurcaci.
"Kami pergi ke hutan pagi-pagi sekali. Di saat hewan-hewan belum bangun dan belum memakan buah-buahan dan biji-bijian."

"Coba tanyakan pula pada teman-temanmu, kapan biasanya mereka mencuci baju!" ujar Ratu kurcaci.
"Kami mencuci saat matahari masih bersinar terang."

"Sekarang jawab pertanyaanku, apakah kau melakukan hal yang sama seperti teman-temanmu?" tanya Ratu kurcaci pada Pippi kurcaci.
Pippi kurcaci menggeleng, lalu menunduk malu. Kini, ia mengerti. Ia yang kurang pandai mengatur kegiatan.