Gatotkaca Gugur (Suluhan atau Jambakan)



Resi Krepa menjadi tempat bertanya karena Prabu Salya mas.nrj sedih mengmgat kematian anaknya, ia mengatakan kalau saja tidak ada pengkhianat maka Kurawa pasti menang. Karna merasa disindir, marah dan membunuh Krepa. Aswatarna marah atas tindakan Kama, yang telah membunuh pamannya (Dewi Krepi, isteri Durna, adalah kakak Krepa); namun Sengkuni bisa meredakannya. Walaupun setuju namun Aswatama bertekad akan tetap mengawasi gerak-gerik Kama dalam perang.Kemarahan Karna mereda setelah Duryudana mengatakan bahwa ia tidak percaya atas ucapan Krepa itu, dan mengingatkan sumpah setia Karna yang pemah diucapkannya: ‘boten namung badhe ngraosaken muktinipun, nanging pahit getiring Negara Ngastina ugi bade tumut nyanggi.” Karna diangkat menjadi senapati agung dan ia segera maju perang. Namun karena hari sudah gelap maka tentara Astina terpaksa membawa obor atau suluh, hal mana sebenarnya menyalahi salah satu aturan main Baratayuda.

Prabu Kismaka, anak Sitija menanyakan pada patih Bancana siapa ayahnya dan dimana ia sekarang. Setelah tahu bahwa ayahnya telah tewas dibunuh Kresna (kakeknya sendiri). maka ia ingin nyaur ngiwul ngudi tuwuh.

Gatotkaca diangkat sebagai senapati. Ibunya (Arimbi) dan paman-pamannya sangat bangga dan bersedia membantu. Dengan obor raksasa Pringgadani bertempur dengan reksasa Ngawangga. Karna matak aji Kalalupa, dan keluartah beribu-ribu raksasa sehingga melumpuhkan tentara Pringgadani. Gatotkaca matakaji Narantaka, dan lenyaplah semua raksasa Karna. Panah Nrocobala dibidik, namun Gatotkaca kebal karena ber tiwikrama, dan dapat mengeluarkan berbagai senjata dari badannya. la mengamuk dan menewaskan banyak prajurit Astina, termasuk Prabu Kismaka.


Merasa ngeri, Karna segera melepas Kuntawijayadanu, namun karena Gatotkaca terbang begitu tinggi sehingga tak terjangkau oleh Kunta. Kunta kemudian dibawa oleh arwah Kala Bendana, dan berkata: “…miturut wansiting Jawata, samengko wus dungkap wancine jeneng para kondur menyang suwarga.”

Gatotkaca segera membuka udhet yang dibalutkan Arimbi untuk menutupi puser pengapesannya. Kunta segera masuk ke puser dan bertemu dengan rangkanya, yang telah berada disitu ketika lakon Laire Gatotkaca. Darahnya bercucuran meracuni para prajurit Astina, dan badannya menimpa kereta Karna. Karna bisa menghidar tetapi beribu-ribu prajurit tewas karenanya. Arwah Gatotkaca bersama Kalabendana naik ke sorga, dan Dewi Arimbi ikut bela pati.

Bima marah dan mengejar Kama. Dursasana dan adiknya (Wikata dan Wikataleng) yang ada di Pakuwon Watugajah melempar limpung ke arahnya. la berhasii menghindar dan meloncat sehingga menewaskan Wikata dan Wikataleng. Dursasana lari menyusur dusun Pasugihan sampai ke jurang Silongsor di tepian kali Serayu. Dursasana ingin melompat namun dijegal oleh arwah Sarka dan Tarka dan bisa dijambak Bima. Dursasana dipoteng-poteng badannya dan dihisap darahnya setelah tewas. Kunti kemudian datang ingin memenuhi sumpahnya karena pernah dipermalukan oleh Dursasana dalam lakon Rebutan Lenga Tala.

[R.M. Pranoedjoe Poespaningrat - Nonton Wayang dari berbagai Pakeliran - KR]