Kisah Petani dan Gerobak Kuda | Dongeng Anak Terbaru

Kisah Petanidan Gerobak Kuda – Sesama mahluk hidup, Kita harus saling menghargai. Karena kita adalah sesama ciptaan tuhan. Manusia di ciptakan dengan memiliki hati serta akal, oleh karena itu kita sebagai manusia bisa di katakan menjadi mahluk paling di muliakan. Tapi bukan berarti kita bisa berbuat semena-mena terhadap mahluk lain.Dan mungkin kisah berikut ini dapat kita petik hikmahnya. Selamat membaca..
Pada suatu hari, ada seorang petani yang tengah mengendarai gerobak dengan memebawa semua hasil panenya menuju ke pasar di kota. Jalan yang di lalui sangat licin dan becek, karena hujan deras baru saja mengguyur bumi. Hal itu membuat kedua kudanya merasa kesulitan dan lelah karena medan yang di lalui begitu sulit.

Baca Juga:

√ Cerita Rakyat | Asal Mula Batu Gantung Parapat Danau Toba (Sumatera Utara)


Hingga pada ahirmnya, roda kereta yang petani itu tunggangi terjebak dalam lubang yang berlumpur sangat dalam. Sehingga membuat kereta itu terhenti karena kuda yang menarik kereta itu tak mampu lagi menarik beban yang begitu berat. Dengan marah-marah, petani itu berteriak pada kuda-kudanya agar menarik kereta itu lebih kuat lagi.

Tapi karena beban yang di muat terlalu berat dan lubang berlumpur yang begitu daam, kuda-kuda tersebut tetap tak mampu menarik gerobak itu. Karena marah dan emosi, petani itu mengambil cambuk dan menyambuk kuda-kudanya dengan keras. Berharap kuda-kudanyasegera menarik gerobak itu dan membebaskan roda gerobak dari jebakan umpur.

Tapi lagi-lagi kuda-kuda itu tetap tak mampu. Dengan kesakitan dan kepayahan yang sangat, ahirnya membuat kuda-kuda itu terduduk lemas. Petani itu malah tambah marah-marah dan mencambuk kudanya yang sudah tak berdaya dengan beringas. Ternyata hal tersebut di perhatikan oleh seorang pembesar yang ewat. Melihat perlakuan petani itu, pembesar itupun menegurnya.

“Hai kau petani bodoh..”. Kata pembesar itu dengan nada marah.
“Iya tuan ku.. “. Jawab petani itu dengan takut setelah tau yang menegurnya adalah seorang pejabat istana.
“Kau itu sungguh petani miskin, bodoh, kejam, dan tak memiiki hati. Kamu tak pantas di sebut manusia..”. Kata pembesar itu dengan spontan.
“Ma’af tuan ku, memangnya apa saah hamba?”. Tanya petani itu.
“Kau sudah tahu bahwa kuda mu sudah tak kuat, beban yang kamu bawa juga terlalu berat”.

“Buakanya membiarkan kuda mu istirahat, malah kau mencambuknya tanpa ampun”.
“Padahal kau sendiri hanya berada di atas gerobak tanpa mau berusaha dan mencari cara untuk membebaskan roda gerobak mu dari jebakan lumpur”.
“Cobalah jangan bersikap angkuh, hewan juga mahluk hidup sebagaimana kita. Cobalah kau turun, angkat roda mu untuk membantu kuda mu. Niscaya roda mu akan terbebas dari umpur tanpa perlu kau mencambuk kuda-kuda mu yang malang”. Kata pembesar itu.

Sadar akan kesalahnya, petanio itupun meminta ma’af. Dia pun membiarkan kudanya istirahat sejenak, dan mencarikan rumput sebagai makanan kuda-kudanya. Seteah di rasa cukup, dia pun mengangkat roda yang terjebak di lumpur sambil menyuruh kuda-kudanya untuk menarik gerobaknya. Ahirnya dengan susah payah dan usaha bersama, gerobak itupun terbebas dari jebakan kubangan lumpur. Dan petani itu kembali melanjutkan perjalananya dengan membawa peajaran yang berharga dalam hidupnya.
 

Nah, hikmah yang dapat kita ambil aedalah.. jangan hanya berpangku tangan tanpa mau membantu satu sama lain. Itu adalah sifat yang sangat buruk yang harus kita hindari. Dan cobalah untuk saing menghargai sesama mahluk hidup, baik hewan, tumbuhan, manusia, dan mahluk lainya. Karena mereka juga