√ Artikel Tari Kinyah Mandau Tarian Tradisional Kalimantan Tengah

Tari  Kinyah Mandau merupakan salah satu tarian suku Dayak yang menampilkan unsur bela diri, seni perang dan seni teatrikal. Tarian ini sangat terkenal dan hampir semua suku Dayak di Kalimantan memiliki tarian jenis ini. Terutama di Kalimantan tengah, biasa di sebut dengan Tari Kinyah Mandau. Nama Tari Kinyah Mandau di ambil dari kata kata kinyah yang berarti tarian perang  dan menggunakan mandau sebagai senjatanya.

Tarian ini berawal dari tradisi suku Dayak jaman dahulu yang di sebut kinyah, yang merupakan tarian perang  sebagai persiapan untuk membunuh dan memburu kepala musuh. Pada masa itu para pemuda Dayak harus melakukan pemburuan kepala untuk berbagai alasan yang berbeda di setiap sub sukunya. Sebagai persiapan fisik untuk pemburuan itu maka di lakukan kinyah atau tarian perang. 
 

Hampir semua sub suku Dayak memiliki tarian perang ini. Dulunya tarian ini di pertunjukan di kampung  untuk melihat dan mengamati pemuda mana yang siap di lepas ke hutan untuk memburu kepala siapa saja yang di temuinya. Namun ada aturan dalam tradisi pemburuan kepala ini, yaitu tidak boleh membunuh yang berasal dari kampungnya sendiri.
Gambar : Tradisi Kinyah jaman dulu
Pada masa itu ada 3 istilah yang sangat di takuti, yaitu hapini (saling membunuh), hakayau (saling potong kepal) dan hajipen (memperbudak). Hukum rimba sangat berlaku pada masa itu, yaitu yang kuatlah yang berkuasa. Setiap anak laki-laki Dayak yang berhasil mendapatkan kepala manusia akan diberi tato di bagian betisnya untuk menunjukan bahwa anak ini sudah menjadi dewasa.

 Ada alasan lain yang dilakukan Dayak ngaju zaman dahulu dalam melakukan mengayau adalah untuk keperluan upacara “Tiwah” . Tiwah adalah upacara membersihkan tulang-belulang leluhur untuk diantar ke surga. Kepala manusia ini akan digantung di sangkaraya (pusat upacara tiwahnya) kemudian dikubrukan di dekat “sandung” atau rumah kecil tempat menaruh tulang-belulang leluhur yang ditiwahkan, dan bila orang tersebut memiliki “jipen” atau budak, maka akan turut dibunuh juga.

Namun tradisi mengayau atau pemburuan kepala ini berakhir saat perjanjian damai Tumbang Anoi. Ketika terjadi perjanjian damai ini, pemimpin sub suku Dayak bertemu dan melakukan perdamaian. Setelah perjanjian selesai maka setiap sub suku Dayak menunjukan gerakan kinyahnya masing-masing dan setiap sub suku Dayak yang hadir dapat melihatnya.  Sejak saat itu sekat rahasia, curiga antara sub suku Dayak diruntuhkan. Ketika perjanjian damai ini, Sub suku Oot Danum yang membawakan gerakan kinyahnyah. Karena Sub suku Oot Danum yang terkenal akan gerakan dan teknik berbahaya untuk membunuh musuh-musuhnya.

Gerakan dalam kinyah bervariasi, karena setiap sub suku Dayak mempunyai gerakan atau jurus rahasia masing – masing. Konon katanya, apabila mengajarkan gerakan pada suku lain akan di anggap penghianat dan akan di hukum mati. Namun setelah perjanjian damai tumbang anoi, peraturan itu sudah berlaku. Karena setelah perjanjian itu, semua sub suku Dayak bersatu dan tidak ada curiga rahasia antar sub suku.

Seiring dengan perkembangan jaman, walaupun tradisi mangayau di tinggalkan, namun kinyah masih menjadi tradisi suku Dayak di Kalimantan dan berkembang menjadi tarian adat suku Dayak. walaupun tidak untuk berperang, kinyah di jadikan sebuah sarana kesenian dan budaya bagi masyarakat Dayak untuk melestarikan tradisinya. Di Kalimantan tengah tarian kinyah ini di kenal dengan Tari Kinyah Mandau. Diadaptasi dari kinyah sebelumnya yang sarat akan kekerasan dengan serangan yang membahayakan, tarian ini di ubah menjadi sarana kesenian dan hiburan bagi masyarakat. Dalam perkembangannya, gerakan pada tarian ini di modifikasi dengan berbagai variasi gerakan tari dan unsur teatrikal yang menggambarkan jiwa dan semangat keberanian suku Dayak. Dengan gerakan yang gesit seakan ingin memburu musuh, menjadikan tarian ini terlihat sangat mengagumkan. 
 
 
 
Gambar : Pertunjukan Tari Kinyah Mandau
Dalam pertunjukannya, penari kinyah Mandau tidak hanya di lakukan oleh laki – laki, tapi juga perempuan. Setiap penari di lengkapi dengan senjata berupa Mandau dan talawang (perisai), namun ada juga yang menggunakan sumpit sebagai senjata mereka. Kostum yang di gunakan dalam tarian ini adalah pakaian khas suku Dayak dan ikat kepala yang di hiasi bulu burung enggang. Selain itu, tubuh mereka di hiasi dengan tattoo khas suku Dayak yang mempunyai arti sendiri dalam setiap gambarnya. Dalam pertunjukannya, Tari Kinyah ini di iringi oleh musik tradisional Dayak. Dengan iringan musik ber ritme tinggi dan gerakan gesit dari penarinya membuat tarian ini terlihat sangat mengagumkan dan membuat penonton seakan merasakan semangat perang yang di pertunjukan dalam tarian tersebut.

Tarian Kinyah Mandau ini bisa kita temukan di berbagai acara kebudayaan di Kalimantan tengah seperti penyambutan tamu besar dan acara festival budaya. Tarian ini tidak hanya di terkenal di Indonesia, namun juga sampai ke luar negeri. Tari Kinyah Mandau juga sering di pertunjukan di festival kebudayaan etnik di dunia untuk mewakili Indonesia. Sungguh membanggakan bukan? Tentunya sebagai bangsa Indonesia kita sangat mengapresiasikan kesenian satu ini. Semoga kesenian ini selalu di lestarikan dan menjadi asset kebudayaan di Indonesia.