Sejarah Kebudayaan Suku Uighur Cina - Suku Muslim di Cina

Suku Uighur atau Uygur, Uigur, Uyghur adalah salah satu suku minoritas resmi di Republik Rakyat Tiongkok. Suku ini merupakan keturunan dari suku kuno Huihe yang tersebar di Asia Tengah, menuturkan bahasa Uighur dan memeluk agama Islam. Bangsa Uighur adalah keturunan klan Turki yang hidup di Asia Tengah, terutama di propinsi Cina, Xinjiang. Namun, sejarah etnis Uighur menyebut daerahnya itu Uighuristan atau Turkestan Timur.

Sejarah Suku Uighur Cina dan Seni Budayanya

Menurut sejarah, bangsa Uighur merdeka telah tinggal di Uighuristan lebih dari 2.000 tahun. Tapi Cina mengklaim daerah itu warisan sejarahnya, dan oleh karenanya tak dapat dipisahkan dari Cina. Orang Uighur percaya, fakta sejarah menunjukkan klaim Cina tidak berdasar dan sengaja menginterpretasikan sejarah secara salah, untuk kepentingan ekspansi wilayahnya.

Orang Uighur berbeda ras dengan Cina-Han. Mereka lebih mirip orang Eropa Kaukasus, sedang Han mirip orang Asia. Bangsa Uighur memiliki sejarah lebih dari 4.000 tahun. Sepanjang itu, mereka telah mengembangkan kebudayan uniknya, sistem masyarakat, dan banyak menyumbang dalam peradaban dunia.

Selain Republik Rakyat Tiongkok, populasi suku ini juga tersebar di Kazakhstan, Kyrgystan dan Uzbekistan.

Baca Juga:

√ Lengkap Alat Musik Tradisional Sumatera Selatan Beserta Gambarnya


Sistem Kepercayaan

Suku Uighur bersama suku Hui menjadi suku utama pemeluk Islam di Tiongkok, namun ada perbedaan budaya dan gaya hidup yang kentara di antaranya. Suku Uighur lebih bernafaskan Sufi sedangkan suku Hui lebih pada mazhab Hanafi. Suku Uighur terutama berdomisili dan terpusat di Daerah Otonomi Xinjiang.

Walau telah memeluk Islam, dominasi kebudayan Uighur asli tetap bertahan di Asia Tengah. Malah dengan masuknya Islam, karya sastra dan ilmu Uighur semakin berkembang. Beberapa karya sastra yang terkenal misalnya Kutatku bilik karya Yusuf Has Najib (1069-1070), Divani Lugarit Turk oleh Mahmud Kashari, dan Atabetul Hakayik oleh Ahmet Yukneki.

Sebelum masuknya Islam, Uighur menganut Shamanian, Budha dan Manicheism. Saat ini, bisa dilacak candi yang dikenal sebagai Ming Oy (Seribu Budha) di Ughuristan. Reruntuhannya ditemui di kota Kucha, Turfan dan Dunhuang, dulunya tempat tinggal orang Kanchou-Uighur.
Orang Uighur memeluk Islam sejak tahun 934, saat pemerintahan Satuk Bughra Khan, pengusaha Kharanid. Saat itu, 300 masjid megah dibangun di kota Kashgar. Islam lalu berkembangan dan menjadi satu-satunya agama orang Uighur di Uighuristan.

Masa Kerajaan

Ketika Kekaisaran Gokturk Turk di Asia Tengah runtuh pada 742 M, suku Uighur pun merdeka. Raja atau Khan mereka, Qutlugh Bilge Kol, mendirikan kekaisaran yang lebih kecil di tempat yang kini menjadi Mongolia dan Cina Barat. Kekaisaran ini disebut Kekhaganan Uighur dan menguasai ujung timur Jalur Sutra. Putranya, Bayanchur Khan, naik tahta pada 747 M. Bayanchur Khan meningkatkan perdagangan dengan Cina, dan menggunakan uangnya untuk membangun kota-kota serta memperluas Kekaisaran Uighur.

Beberapa tahun kemudian, pada 755 M, kaisar Dinasti Tang Cina, Suzong, meminta bantuan Uighur untuk melawan jenderal pemberontak, orang Sogdiana bernama An Lu-shan. Uighur berhasil menang sehingga sejak itu Cina tak lagi menyewa orang Sogdiana sebagai pasukan bayaran, mereka beralih kepada orang Uighur. Bayanchur Khan sendiri kemudian menikahi putri Kaisar Suzong, Ningo, namun Bayanchur Khan meninggal dua tahun kemudian

Putra Bayanchur Khan, Tengri Bogu, naik tahta menggantikannya. Tengri Bogu dan pasukan Uighurnya terus bertugas sebagai pasukan bayaran untuk para kaisar Cina. Mereka memerangi serbuan Tibet di Cina selatan. Ketika sedang bertempur, Tengri Bogu bertemu beberapa orang Kristen Manichaea dari Persia. Kemungkinan orang-orang Manichaea ini merupakan para pegungsi yang meninggalkan Persia setelah penaklukan Islam di sana. Sang Khan menyukai gagasan Manichea, untuk menunjukkan bahwa ia bukanlah orang Cina. Maka iapun memeluk Manichaeisme pada 762 M, dan diikuti oleh rakyatnya. Setelah itu para Khan juga mengadopsi alfabet Persia, sehingga cerita-cerita dan sajak Uighur ditulis dalam alfabet Persia. Para penulis Uighur mencetak buku menggunakan mesin cetak yang telah ditemukan di Cina.

Akan tetapi sekitar tahun 600 M, Kekaisaran Uighur mulai terpecah. Terjadi banyak perang saudara akibat perebutan kekuasaan. Pada 841 M, Dinasti Tang menyewa pasukan Kirgiz untuk menyerbu Kekaisaran Uighur. Pasukan Kyrgyz membunuh Khan Uighur terakhir, Oge, dan mengakhiri kekaisaran tersebut. Sebagian orang Uighur melarikan diri ke barat dan mendirikan kerajaan-kerajaan kecil. Beberapa lainnya pergi ke timur, ke Cina. Di sana, kehadiran mereka tampaknya membuat kaisar Tang, Wuzong, ketakutan, hingga pada 845 M, ia memerintahkan seluruh pemeluk agama asing, termasuk para pengungsi Uighur, untuk dipaksa berpindah agama atau dibunuh.
Kesenian dan Kebudayaan

Orang Uighur juga memiliki kemampuan arsitektur, musik, seni dan lukisan yang tinggi. Mereka bahkan telah bisa mencetak buku berabad-abad sebelum ditemui oleh Gutenberg. Pada abad pertengahan, karya sasta, teater, musik dan lukisan sastrawan Cina juga sangat dipengaruhi Uighur.

Sumber referensi
http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/12/03/16/m0zcbk-siapakah-bangsa-uighur 
https://hello-pet.com/4-fakta-suku-uighur-penghasil-wanita-wanita-tercantik-di-dunia-107062 
https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Uighur 
https://id.wikibooks.org/wiki/Asia_Tengah_Pra-1500/Sejarah/Uighur